Artikel, Event, Lates News
Le Food Fest 2022: Dialog Interaktif dan Workshop
“Wahai Manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi…” (Q.S Al Baqarah 2:168.)
Pelangi Nusantara diangkat sebagai tema Le Food Fest 2022. Warna-warni pangan yang tersebar di setiap titik bumi Indonesia menandakan kekayaan pangan negeri kita. Kaya warna, tentu saja kaya manfaat karena setiap warna pada makanan mempresentasikan kandungan yang dimilikinya. Saat makanan tersaji di hadapan kita, indra pertama yang merespon adalah penglihatan. Jika yang tersaji adalah makanan yang tertata rapi dengan warna-warni yang memanjakan mata, lidah akan penasaran mencicipinya. Makanan enak dan rasa yang pas di lidah adalah kesukaan setiap kita.
Pas sekali, dialog interaktif yang diadakan sebagai pembuka festival ini membahas Food and Flavors. Pembicara yang diundang sebagai Keynote Speaker adalah bapak Ir. H. Imran Jauzi, M.Pd (Kepala Dinas THBun Sulawesi Selatan) yang diwakili oleh bapak Syarifuddin (Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas THBun Sul-Sel). Hal pertama yang ia kemukakan adalah apresiasinya terhadap kemampuan siswa-siswi kami yang mampu membuat produk yang meyakinkan untuk dipasarkan. Selanjutnya beliau lebih banyak membahas ketersediaan pangan yang melimpah di Sulawesi Selatan.
Prof.Dr.Ir. Meta Mahendradatta (Ketua Pusat Unggulan Ipteks Diversifikasi Produk Pangan Universitas Hasanuddin) sebagai Narasumber I membahas lebih banyak mengenai bagaimana makanan yang tersaji dipiring membuat manusia yang membutuhkannya tertarik menikmati. Baik dari segi tampilan (warna), rasa, serta kandungan gizinya. Beliau mengajak peserta untuk memperhatikan warna-warna makanannya saat makan. Menurut paparan beliau, semakin banyak warna dalam piring tentu semakin kaya pula kandungan gizi yang disantap jika itu berasal dari pewarna alami.
Narasumber kedua, Ibu Arie Hijriyah (Owner IKM CV. LARS Makassar, Olahan Rumput Laut) menceritakan pengalaman dalam usaha olahan rumput miliknya. Selain itu, beliau juga senang mengeksplorasi bahan makanan yang bisa digunakan sebagai pewarna alami untuk menambah khasanah pengetahuan dan pengalamannya. Ia membagikan pengalamannya dalam uji coba pewarna alami ini.
Bincang-bincang ini dimoderatori oleh Kak Sul (Wakil Direktur SA Le Cendekia Bidang Humas) membicarakan pangan-pangan lokal yang memiliki cita rasa lezat juga sedap dipandang. Hadirin yang hadir menunjukkan antusiasmenya dengan ikut berkomentar dan mengajukan pertanyaan. Dalam kesempatan berharga ini, Kepala Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Gowa turut mengemukakan rasa takjubnya. Ini adalah kesempatan pertama beliau berkunjung ke SA Le Cendekia dan bersedia mendukung praktik-praktik baik yang diselenggarakan oleh sekolah demi mewujudkan kepentingan bersama, baik wilayah juga untuk masyarakat Pakatto.
Siang hari setelah istirahat siang, dilaksanakan pelatihan membuat Kombucha. Kombucha, sudah kenalkah teman-teman dengannya? Fyi, Kombucha adalah jenis minuman probiotik lezat dan baik untuk pencernaan yang dibuat dengan cara difermentasi namun tidak memabukkan. Sebagai salah satu rangkaian Le Food Fest, diadakan Workshop Pembuatan Kombucha yang dibawakan oleh Kebun Tetangga Samata, sebuah proyek kampanye menanam di kebun. Peserta workshop dijelaskan dan diajak menyaksikan langsung langkah-langkah pembuatannya. Sepulang dari LC bisa produksi langsung sendiri di rumah nih. Oleh-oleh tak berwujud namun berharga.
Alhamduillah. Semoga dengan paparan dalam dialog dan workshop ini terus memotivasi kita untuk menyediakan makanan sehat untuk tubuh kita.